30 May 2011

Silaturahmi #1

Mumpung di Jogja, saya memutuskan untuk berkeliling mengunjungi tempat-tempat baru yang belum ada ketika saya belum pindah dari kota ini. Saya juga berniat berkeliling mengunjungi teman-teman lama, kenalan-kenalan lama, yang dulu-dulunya mungkin tak pernah terpikirkan bagi saya untuk mengunjungi mereka dan mengantongi makna dari silaturahmi itu sendiri.

Sabtu menjelang siang kemarin, saya mengunjungi Farid Stevy Asta yang merupakan (seniman?) jebolan ISI Yogyakarta. Menurut saya, nama Farid sudah cukup terkenal dan dikenal sebagai vokalis dari band beraliran aneh dengan lirik yang absurd menusuk, yaitu Jenny. Dia juga cukup sering berkeliling memamerkan artworks on canvas-nya. Sekalipun saya sendiri kurang mengenal karya-karyanya.

Kunjungan iseng pada hari itu rupanya sedikit membuka otak saya kembali untuk berbincang mengenai ini-itu yang menurut saya "apa sih ini?! mengganggu sekali!" selama ini. Detailnya mungkin akan saya perjelas di post selanjutnya. Ada yang lebih ingin saya bahas di sini.



kerapihan tempat ini sedikit mengganggu saya, yang notabene ibu rumah tangga terkenal berantakan

Saya terpaksa harus merasa bersalah karena mengganggu Farid dengan datang pada jam tidurnya. Sambil membuat kopi dengan gontai, Farid menjelaskan bahwa dia biasa tidur jam delapan pagi, dan saya datang jam sebelas pagi. Saya sibuk mengagumi kerapihan rumah kontrakannya, yang memang benar-benar rapi, bahkan ruang kerjanya tak tampak seperti ruang kerja seniman yang seringkali kita bayangkan berantakan penuh berbagai macam cat di sana-sini.


Kami lalu duduk di bagian belakang rumahnya. Sebelum menikmati kopi, Farid menghirup aromanya dengan mendekatkan hidung pada tepi cangkirnya, lalu tersenyum. "Kopi, bahagia itu sederhana", ucapnya singkat. Saya menanggapi dengan senyum yang tanggung. Tanggung karena saya jadi ingat beberapa hari lalu di timeline twitter saya ada yang me-retweet tweet dari Farid dengan hashtag: BahagiaItuSederhana. Rupanya ini yang menjadi obrolan awal kami. Mengenai Bahagia Itu Sederhana, yang Dia kampanyekan melalui media twitter.

"Bahagia itu sederhana. Segala sesuatu itu sebenarnya bisa membuat kita bahagia, kok. Bukan hanya dengan mengambil kesimpulan negatif dari apapun yang kita alami. Toh, kalau segala sesuatunya kita nikmati, itu bisa membahagiakan. Kopi ini, misalnya. Simpel. Kopi kemasan yang bukan kopi kafe dengan mesin kopi dan biji kopi unggulan, tapi kita bisa membuka perasaan kita untuk menikmati kopi ini hingga kopi ini bisa terasa lebih nikmat dari kopi manapun, dan itu sudah cukup membuatku bahagia."

Jadi itu sebabnya kamu mencanangkan gerakan Bahagia Itu Sederhana melalui twitter akhir-akhir ini? Karena kamu menemukan makna dari kebahagiaan yang sebenarnya?

"Pada dasarnya kebahagiaan itu tidak perlu kita cari dan kita kejar, karena sebenarnya kita diciptakan untuk bisa menikmati segala sesuatu, dengan bahagia tentunya."

Tergantung bagaimana kita menyikapi sesuatu itu, kan?

"Ya, contohnya anak-anak. Sepertinya mereka mudah sekali merasa senang, mereka tidak mengenal beban, seperti kita yang sudah menua ini. Kenapa tidak?"

Ya, oke. Aku dapat pointnya. Seperti aku yang merasa tempat ini jauh sekali dari rumahku, dan mungkin aku bisa mengeluhkan hal itu, tapi di sisi lain aku bisa merasa bahagia karena bisa menemukan tempat ini?

"Ya, sesimpel itu. Makanya, Bahagia Itu Sederhana."

Ya, bahagia itu sederhana. Seperti aku yang akhirnya bisa mendapatkan obrolan ciamik dari perbincangan kita hari ini. Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Obrolan mengenai kesederhanaan dari kebahagiaan memang membuat saya jadi lebih bisa merasakan kebahagian. Farid menggunakan kepekaannya mengenai makna bahagia dan mulai menularkannya ke publik, dengan mengusung tema Bahagia Itu Sederhana di beberapa tweetnya akhir-akhir ini. Dia mengajak orang-orang untuk ikut serta merasakan dan membagi kebahagiaan melalui #bahagiaitusederhana di twitter. Hanya sebatas itu? saya yakin tidak. Karang yo seniman, untuk selanjutnya dia akan membuat karya yang disebarluaskan di seluruh penjuru jalanan Yogyakarta mengenai bahagia yang ternyata sesederhana itu.

Ketika membaca post ini, bagi yang menyimpulkannya dengan komentar "ah, teori", maka kurang berbahagialah orang tersebut karena tidak merasa bahagia telah menemukan post yang sedikit mencerahkan jiwa ini. tsah. Lalu bagi yang membaca dan bisa mengerti maksud bahagia versi Farid, bisa kan merasa bahagia seketika itu juga? Jadi, bahagia itu sederhana, bukan?



2 comments:

  1. setujuu...
    bahagia itu (sebenarnya)memang sederhana ;D

    mba dian,,tulisannya kereen !! mengispirasi,,
    pengen mug & kaosnya mas farid,,hehe,,

    *peluk mb dian ;D

    ReplyDelete
  2. haha, padahal biasanya gak pernah nulis, jadi sekalinya nulis ya loncat-loncat..

    btw, itu mug biasa yang sama empunya mendadak ditempeli stiker (stiker kampanye?).

    *cium sari!

    ReplyDelete